Mulyati (23) pernah mengalami kusta saat masih di kelas dua SMP di usia 13 tahun pada 2011. Ia dibawa ayahnya ke petugas kusta setempat di Desa Ranca Jaya, Subang. Saat itu ia sudah mengalami kecacatan yang terlihat di beberapa jari tangannya karena terlambat ditangani.Berkat kesigapan Pak Taufik Rahman sebagai petugas kusta, Mulyati mengikuti pengobatan kusta selama hampir satu tahun hingga sembuh. Ia disarankan pak Taufik mengikut Kelompok Perawatan Diri (KPD) yang difasilitas Puskesmas Rancabango dan NLR Indonesia. DI KPD, Mulyati belajar merawat cacat kusta di jarinya sehingga saat ini jarinya tidak menjadi bengkok. Ia juga semakin percaya diri berkat pengalaman yang menguatkan dari teman-teman yang pernah mengalami kusta di KPD ini.Mulyati menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat SMP. Kemudian ia bekerja di beberapa tempat sebagai kasir dan pengasuh anak. Ia tidak ditolak bekerja karena riwayat kustanya. Pada 2020 ia memutuskan untuk menikah dengan pria muda bernama Jaja yang dikenalnya via Facebook dan yang menerima Mulyati apa adanya. Kini mereka telah dikaruniai dua anak laki kembar yang sehat yaitu Abiyaksa dan Adisatya. Mereka tinggal bersama orangtua Mulyati di Desa Ranca Jaya. Untuk membantu keluarganya, Ia berkeliling menjual telor asin yang diambil dari distributor. Ia berharap suatu saat dapat membuat telor asin sendiri sehingga dapat meraih untung lebih besar.“Jika ada kelainan pada kulit seperti bercak putih atau kemerahan yang kurang rasa/baal, segera periksa ke puskesmas. Dan jika kamu tertular kusta, tidak usah panik. Kusta dapat disembuhkan dengan minum obat teratur di puskesmas secara gratis,” pesan Mulyati yang hadir mendukung peluncuran kegiatan pencegahan kusta di Desa Ranca Jaya pada 2020 silam.#hinggakitabebasdarikusta #nlrindonesia #stopstigmadandiskriminasikusta
