Pak Satri berusia 71 tahun. Penuh senyum dan bicaranya lantang. Bapak yang pernah mengalami kusta ini tinggal di Subang. Sewaktu kami bertamu ke rumahnya di Maret 2021, pak Satri sedang mengalami luka di bagian kaki yang pernah terkena kusta.

“Tidak ada rasa sakit. Kena paku belum lama ini,” ujarnya dalam bahasa lokal.
Kusta memang menyerang syaraf dan membuat bagian tubuh yang terserang mati rasa atau kebal. Maka bagian kaki pak Satri yang pernah kena kusta tidak akan terasa sakit meski terkena suatu benda. Namun luka seperti ini tetap harus dirawat agar tidak bertambah parah.
Untunglah saat kami mengunjungi pak Satri, ikut juga bidan desa setempat dan ia melihat luka pada kaki pak Satri tanpa rasa takut sedikitpun.
“Bapak harus hati-hati ya. Kalo ke luar rumah, pakailah alat pelindung seperti sandal atau sepatu ya,” ujar ibu bidan desa itu.
Pak Satri didiagnosa kusta pada 2012 dan mengikuti pengobatan selama 12 bulan. Ia sudah sembuh dari kusta. Tetapi karena ditemukannya terlambat, kusta telah menyerang sebagian anggota tubuh pak Satri.
“Waktu itupun yang beritahu saya itu petugas puskesmas. Maka saya diperiksa di puskesmas dan ternyata saya kena kusta. Sedih di awalnya. Karena tidak boleh capek selama berobat,” kisahnya.

“Dulu saya selalu mengisi acara-acara adat di desa seperti khitanan, dan lainnya. Tapi sekarang saya tidak aktif lagi, padahal teman-teman sering meminta saja,” lanjutnya.
Di desanya, pak Satri hidup biasa saja, tidak dikucilkan tetangganya. Istrinya pun mengasuh anak dari salah satu tetangganya. Tidak adanya stigma ini berkat pengetahuan yang baik tentang kusta yang disampaikan di petugas puskesmas dan tokoh-tokoh masyarakat yang didukung oleh NLR.