Where is GOD when it hurts? – Phillip Yancey
Nyeri adalah tanda vital ke 5 setelah nadi – tensi – suhu – respirasi.
Saat nyeri muncul, orang mencari pertolongan dan dokter adalah penolong , membuat resep obat, memberikan terapi fisik, atau terapi anesthesi, termasuk terapi psikis – emosional – spiritual – nasihat. Nyeri menyebabkan individu mensegerakan mencari pertolongan meminta tetangga/ orang dekat utk mengakses pertolongan medis/ penyembuh lainnya. Ada urgensi bagi pasien maupun orang sekitar untuk bertindak.
Namun bagi penderita kusta, tanda vital ke 5 itu tidak ada. Rasa nyeri hilang. Anggota gerak terkena luka atau lecet, kemudian terinfeksi bertahun, bahkan putung tanpa rasa nyeri. Karena tidak ada rasa nyeri, maka tak ada urgensi untuk mensegerakan pertolongan.
Kornea mata sarat dengan saraf rasa nyeri. Kelilipan benda sangat kecil menyebabkan mata mulai perih , berair, coba kucek-kucek, tiup-tiup, supaya benda asing di mata bisa dikeluarkan. Namun rasa nyeri penderita kusta hilang. Reflek kedip hilang. Tidak terjadi lubrikasi mata. Mata menjadi lecet karena kering air mata. Jelas, mata berlanjut kepada infeksi kornea (keratitis) , kemudian penglihatan hilang tanpa rasa nyeri. Tanpa urgensi untuk minta ditolong, masyarakat sekitarpun tidak menyadarii bahwa pasien ini sedang terancam kebutaan. Tidak ada orang yang aware akan antar pasien kusta ini untuk pergi ke fasilitas kesehatan.
Barangkali judul bernada protes di atas mesti diubah menjadi “Dimanakah kalian semua saat aku tidak merasakan nyeri”.
atau kita refleksikan : “Mendingan merasa nyeri atau hilang rasa nyeri?”
Jika sedang menderita nyeri dan tidak ada yang menolong kita bisa protes : “Tuhan , Kau dimana sih?”
Jika hilang rasa nyeri, tak ada juga yang peduli karena nggak urgent ditolong?
Tuhan berpihak pada mereka yang menderita (baik yang merasa nyeri , maupun yang hilang rasa nyeri, dan juga diantaranya).
Oleh: PEP++ Project Coordinator NLR Indonesia dr. Johny Sulistio di Ketintang selatan, 18-02-23