Desa Sahabat Kusta
📝 March 11 . 2023
Mengapa Desa Sahabat Kusta? Berarti pernah tidak bersahabat? Memang demikian. Sebelum tahun 2012, di Desa Rap Rap, Kabupaten Minahasa Utara, mereka yang terkena kusta mengalami stigma dan penyingkiran. Jika tertular kusta di usia sekolah, maka anak tidak bisa bersekolah. Jika tertular kusta dan punya usaha dagang, banyak orang menghindar. Bahkan jika berobat ke puskesmas, mereka sering alami perlakuan “khusus”.
Sejak NLR Indonesia bersama Dinas Kesehatan setempat dan puskesmas setempat melaksanakan kegiatan Desa Sahabat Kusta, keadaan semakin membaik. Kegiatan ini melibatkan tokoh berpengaruh di desa seperti kepala desa, guru, tokoh agama, dan kepala puskesmas untuk terlibat mengedukasi warga tentang kusta. Pesan yang disebarkan antara lain: kusta dapat dicegah dan diobati hingga sembuh, kusta penyakit menular dan bukan kutukan atau dosa, kusta dapat dikenali gejalanya, ajak keluarga/tetangga yang memiliki tanda mencurigakan pada kulit ke puskesmas, kusta tidak menular jika pasien kusta sudah minum obat, dan lainnya.
Setelah hampir 10 tahun berjalan, Desa Rap Rap menjadi makin menerima mereka yang pernah mengalami kusta. Di puskesmas, petugas promosi kesehatan secara berkala mengajarkan pasien yang datang tentang kusta. Layanan pasien kustapun dilayani seperti pasien biasa lainnya seperti pendaftaran, cek tensi darah, hingga pemeriksaan oleh petugas kusta. Pemuka agama menyisipkan isu kusta pada kotbah sholat Jumat, atau misa/kebaktian hari mingu. Pasien kusta tidak merasa canggung dan bingung di keramaian karena tahu setelah mereka minum obat kusta.
Salah satu gadis muda bernama Nia pernah mengalami kusta. Sekitar 7 tahun lalu, bercak merah muncul di kening kanannya dan bagian belakang lengannya. Awalnya ia tak tahu bercak apa. Tapi kemudian tetangga dan kader puskesmas mendorongnya untuk ke puskesmas. Disana, ia didiagnosa kusta.
“Saya sangat sedih. Tak berani bilang orang tua. Saya mengurung diri selama beberapa lama,” ujar Nia.
Tetapi beberapa waktu kemudian, ia memberanikan diri ke puskesmas untuk berobat. Ia merasa ringan lega karena petugas puskesmas menerimanya dengan baik. Ia tidak merasa diasingkankan sebagai penderita kusta. Butuh waktu sekitar 6 bulan untuk penyembuhannya. Kini ia tetap pergi ke puskesmas untuk mengontrol kesehatannya. Ia dibantu petugas kusta Ibu Selvi yang selama bertahun-tahun menguatkan hatinya.
Desa Rap Rap sudah beberapa kali menerima kunjungan dinas-dinas kesehatan di luar kabupaten Minahasa Utara. Mereka sudah mulai menjalankan apa yang berhasil di Desa Rap Rap.
Yunita Lega
📝 Juni 4 . 2025
Ibu muda ini memberanikan diri bicara di hadapan kepala desa, pemuka masyarakat di Desa Rarowangko II, Sulawesi Utara, akhir Mei 2024. Yunita bukan berasal dari desa tersebut. Ia berasal dari desa tetangga yaitu Kinaleosan. Namun, kegiatan penanganan kusta di Desa Ranowangku II telah memindahkan beban berat di pundaknya.
Kepala Dusun Nurdin Yang Peduli
📝 Juni 4 . 2025
Nurdin, 35, adalah kepala dusun sekaligus fasiitator lokal di Kuningan. Sebagai fasilittor lokal ia tergabung dalam Forum DesaKu yang dibentuk berkat pendampingan proyek Desa Sahabat Kusta (DesaKu) NLR Indonesia. Forum DesaKu ini mendorong terciptanya desa yang ramah pada orang yang pernah mengalami kusta. Anggotanya berjumlah 20 fasilitator lokal dari 10 desa dampingan proyek DesaKu NLR Indonesia.Selfi (21) pernah merasakan kepahitan hidup karena kekerasan seksual yang dialaminya di sebuah asrama yang ia tinggali di Timor Tengah Utara, NTT. Saat itu, usianya baru 12 tahun. Sebagai penyandang disabilitas, Selfi makin rentan terhadap kekerasan.
Meriana: Perjalanan Mencari Harapan di Tengah Kusta
📝 Juni 4 . 2025
Meriana (28) dirawat di RS Naob karena kusta, penyakit yang gejalanya mulai muncul sejak 2017 dengan pembengkakan dan mati rasa pada tangan serta kaki. Awalnya, ia didiagnosis alergi dan kurang gizi di klinik, sehingga tidak melanjutkan pengobatan. Kondisinya memburuk hingga kukunya rontok, dan atas saran seorang rekan kerja, ia memeriksakan diri ke puskesmas pada 2023.
Perjuangan Mengatasi Kusta yang Terlambat Diketahui
📝 Juni 4 . 2025
Maxi, pria 39 tahun asal Pulau Timor, menjalani hidup penuh tantangan akibat kusta yang terdiagnosis terlambat. Pada 2012, ia merantau ke Bali untuk bekerja, namun sejak 2019 mulai mengalami masalah kesehatan yang salah didiagnosis sebagai diabetes dan kolesterol. Badannya panas dan benjolan muncul di sekujur tubuhnya.
Selfi Tegar Menatap Masa Depan
📝 Desember 11 . 2024
Selfi (21) pernah merasakan kepahitan hidup karena kekerasan seksual yang dialaminya di sebuah asrama yang ia tinggali di Timor Tengah Utara, NTT. Saat itu, usianya baru 12 tahun. Sebagai penyandang disabilitas, Selfi makin rentan terhadap kekerasan.
Komitmen Dokter Sioly
📝 March 11 . 2023
Dr Sioly Soempiet (48) telah bekerja sebagai kepala pelayanan dan sumber daya kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Ambon selama 3 tahun. Selain praktik sebagai dokter
Yamaha Bulukumba untuk pertama kali menerima pemagang disabilitas
📝 March 11 . 2023
Yamaha Bulukumba sama seperti showroom Yamaha di kota lain, yang selain melayani penjualan, mereka juga menyediakan jasa servis di bengkelnya. Sejak Desember 2020 lalu, selama …
Tenaga Kesehatan Yang Sabar Dan Penuh Senyum
📝 March 11 . 2023
Taufik Rahman (50) dapat tersenyum sedikit lega ketika selama beberapa tahun terakhir tidak ditemukan kasus kusta tingkat dua. Meskipun kasus kusta masih ada di Desa
Pengobatan Gratis Bak Secercah Cahaya Di Lorong Gelap
📝 March 11 . 2023
Liputan6.com, Jakarta Kusta masih menjadi masalah yang tak bisa dianggap sepele di Indonesia. Penyakit yang menyerang kulit hingga ke sarafnya ini perlu ditangani sejak dini agar tak
Dasuki Selalu Siap
📝 March 11 . 2023
Dasuki (40) pernah mengalami kusta. Ia diserang penyakit menular ini pada usia 17. “Awalnya saya tidak tahu apa itu kusta. Saya pun baru tahu terkena …
Desa Sahabat Kusta
📝 March 11 . 2023
Mengapa Desa Sahabat Kusta? Berarti pernah tidak bersahabat? Memang demikian. Sebelum tahun 2012, di Desa Rap Rap, Kabupaten Minahasa Utara, mereka yang terkena kusta mengalami …
Tetap Semangat
📝 March 11 . 2023
Pak Satri berusia 71 tahun. Penuh senyum dan bicaranya lantang. Bapak yang pernah mengalami kusta ini tinggal di Subang. Sewaktu kami bertamu ke rumahnya di …
Cerita Andi Dan Ninik, Muda Mudi Indramayu Yang Aktif Jadi Kader Kusta
📝 March 11 . 2023
Liputan6.com, Jakarta Kusta masih menjadi masalah yang tak bisa dianggap sepele di Indonesia. Penyakit yang menyerang kulit hingga ke sarafnya ini perlu ditangani sejak dini agar tak
In Bangkit Dari Keterpurukan
📝 March 11 . 2023
Perlakuan diskriminatif dan stigma sosial akibat kusta biasanya membuat orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) merasa tidak percaya diri dan putus harapan. Tetapi tidak demikian …
Dulu Kusta, Kini Bahagia
📝 March 11 . 2023
Mulyati (23) pernah mengalami kusta saat masih di kelas dua SMP di usia 13 tahun pada 2011. Ia dibawa ayahnya ke petugas kusta setempat di …
NLR Indonesia adalah sebuah yayasan nirlaba dan non-pemerintah yang memusatkan kerjanya pada penanggulangan kusta dan konsekuensinya di Indonesia.NLR Indonesia menggunakan pendekatan tiga zero, yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas) dan zero exclusion (nihil eksklusi). Di dunia, NLR Indonesia merupakan anggota dari NLR Alliance yang bermarkas di Belanda. Selain Indonesia, anggota dari NLR Alliance lainnya adalah NLR Mozambique, NLR India, NLR Nepal, dan NLR Brazil. Di Indonesia, kerja-kerja NLR Indonesia telah dirintis sejak tahun 1975 oleh NLR Belanda bersama Pemerintah Indonesia. Pada 2018, NLR bertransformasi menjadi entitas nasional yaitu NLR Indonesia dengan maksud untuk membuat kerja-kerja organisasi menjadi lebih efektif dan efisien menuju Indonesia bebas dari kusta. Sama seperti Aliansi NLR International, NLR Indonesia memiliki slogan: Hingga kita bebas dari kusta.
Gedung Rumiza Lt. 4
Jl. Guntur No.22, Setia Budi, Jakarta Selatan
021 8353 506, 021 8353 516
info@nlrindonesia.or.id
Copyright © 2024 NLR Indonesia. Powered by NLR Indonesia.