Komitmen Dokter Sioly
📝 March 11 . 2023
Dr Sioly Soempiet (48) telah bekerja sebagai kepala pelayanan dan sumber daya kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Ambon selama 3 tahun. Selain praktik sebagai dokter umum, ia menjadi dokter kusta untuk Provinsi Maluku. Ibu Sioly terlibat dala kegiatan pengendalian kusta di wilayah perkotaan dengan melatih para petugas kusta dan dokter umum tentang kusta.
“Semua dokter swasta dan ahli dermatologi mulai merujuk suspek kusta ke Puskesmas. Bahkan petugas Puskesmas mulai mengumpulkan laporan-laporan tentang kasus kusta dari para dokter yang praktik di klinik dan rumah sakit,” ujar Sioly.
Sejak awal kegiatan pengendalian kusta di wilayah perkotaan, sudah terlihat peningkatan angka rujukan suspek kusta di Puskesmas, mulai dari nol ke angka 28, dan berkontribusi pada penemuan 24 kasus baru kusta di daerah perkotaan selama 3 tahun (2019-2021). Peningkatan jumlah ini terjadi karena komitmen para dokter praktik yang terlibat dalam kegiatan workshop Pengendalian Kusta Perkotaan 2019.
“Sebelum workshop itu, hanya beberapa dokter praktik yang berkomunikasi dan berkonsultasi dengan saya tentang suspek kusta. Tapi setelah workshop itu, semakin banyak dokter merujuk suspek kusta ke Puskesmas. Saya juga mendorong kolega dokter di Kota ambon untuk merujuk penanganan kusta ke Puskesmas,” tambahnya.
Setelah mengikuti Training of Trainers mengenai penanganan kusta, dokter Sioly semakin giat meningkatkan kapasitas dan kompetensi para petugas kesehatan terutama petugas kusta dalam penemuan kasus dan penelusuran kontak.
Ia juga melakukan advokasi untuk penganggaran kusta ke pemangku kepentingan terkait termasuk kerjasama dengan BPJS untuk penanganan kusta.
Sebagai dokter swasta, Sioly merawat pasien kusta dan membantu mereka kembali percaya diri dan bersemangat tanpa stigma dan diskriminasi.
“Yang penting bagi saya adalah ketika saya melihat mereka pulih dan dapat hidup normal kembali tanpa stigma dan diskriminasi.”
Ia ingat punya pasien kusta bernama Hendrik. Pasien ini sudah berusia dan menjadi petugas kebersihan di kantor desa.
“Ia mengalami disabilitas kusta tingkat dua dan merasa lebih nyaman menemui saya meskipun ia tinggal dekat dengan Puskesmas. Saya mengajarinya bagaimana merawat diri terutama di bagian-bagian tubuh yang mengalami deformitas. Saya juga berbicara dengan keluarganya dan mendorong mereka untuk menyingkirkan sikap-sikap yang diskriminatif dan penuh stigma. Pernah juga saya minta Hendrik untuk memberi testimony di satu acara kusta, tapi ia tidak bisa melakukannya karena ia tidak percaya diri dan masih malu-malu,” jelasnya.
Sioly berharap semua orang yang pernah mengalami kusta dapat hidup tanpa stigma dan diskriminasi. Mereka perlu kesempatan untuk mengembangkan diri.
(Catatan: Dr Sioly sudah pindah tugas dari program pengendalian penyakit ke layanan kesehatan dan program sumber daya tiga tahun lalu, tapi ia masih rajin membantu dokter kusta di Provinsi Maluku. Di posisi yang baru, bu Sioly berkesempatan membina kerjasama dengan dokter-dokter praktik di Kota Ambon untuk ikut dalam pengendalian kusta)
Tenaga Kesehatan Yang Sabar Dan Penuh Senyum
📝 March 11 . 2023
Taufik Rahman (50) dapat tersenyum sedikit lega ketika selama beberapa tahun terakhir tidak ditemukan kasus kusta tingkat dua. Meskipun kasus kusta masih ada di Desa
Pengobatan Gratis Bak Secercah Cahaya Di Lorong Gelap
📝 March 11 . 2023
Liputan6.com, Jakarta Kusta masih menjadi masalah yang tak bisa dianggap sepele di Indonesia. Penyakit yang menyerang kulit hingga ke sarafnya ini perlu ditangani sejak dini agar tak
Yamaha Bulukumba untuk pertama kali menerima pemagang disabilitas
📝 March 11 . 2023
Yamaha Bulukumba sama seperti showroom Yamaha di kota lain, yang selain melayani penjualan, mereka juga menyediakan jasa servis di bengkelnya. Sejak Desember 2020 lalu, selama …
Desa Sahabat Kusta
📝 March 11 . 2023
Mengapa Desa Sahabat Kusta? Berarti pernah tidak bersahabat? Memang demikian. Sebelum tahun 2012, di Desa Rap Rap, Kabupaten Minahasa Utara, mereka yang terkena kusta mengalami …
Tetap Semangat
📝 March 11 . 2023
Pak Satri berusia 71 tahun. Penuh senyum dan bicaranya lantang. Bapak yang pernah mengalami kusta ini tinggal di Subang. Sewaktu kami bertamu ke rumahnya di …
Dasuki Selalu Siap
📝 March 11 . 2023
Dasuki (40) pernah mengalami kusta. Ia diserang penyakit menular ini pada usia 17. “Awalnya saya tidak tahu apa itu kusta. Saya pun baru tahu terkena …
In Bangkit Dari Keterpurukan
📝 March 11 . 2023
Perlakuan diskriminatif dan stigma sosial akibat kusta biasanya membuat orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) merasa tidak percaya diri dan putus harapan. Tetapi tidak demikian …
Dulu Kusta, Kini Bahagia
📝 March 11 . 2023
Mulyati (23) pernah mengalami kusta saat masih di kelas dua SMP di usia 13 tahun pada 2011. Ia dibawa ayahnya ke petugas kusta setempat di …
NLR Indonesia adalah sebuah yayasan nirlaba dan non-pemerintah yang memusatkan kerjanya pada penanggulangan kusta dan konsekuensinya di Indonesia.NLR Indonesia menggunakan pendekatan tiga zero, yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas) dan zero exclusion (nihil eksklusi). Di dunia, NLR Indonesia merupakan anggota dari NLR Alliance yang bermarkas di Belanda. Selain Indonesia, anggota dari NLR Alliance lainnya adalah NLR Mozambique, NLR India, NLR Nepal, dan NLR Brazil. Di Indonesia, kerja-kerja NLR Indonesia telah dirintis sejak tahun 1975 oleh NLR Belanda bersama Pemerintah Indonesia. Pada 2018, NLR bertransformasi menjadi entitas nasional yaitu NLR Indonesia dengan maksud untuk membuat kerja-kerja organisasi menjadi lebih efektif dan efisien menuju Indonesia bebas dari kusta. Sama seperti Aliansi NLR International, NLR Indonesia memiliki slogan: Hingga kita bebas dari kusta.
Gedung Rumiza Lt. 4
Jl. Guntur No.22, Setia Budi, Jakarta Selatan
021 8353 506, 021 8353 516
info@nlrindonesia.or.id
Copyright © 2024 NLR Indonesia. Powered by NLR Indonesia.