Selfi Tegar Menatap Masa Depan

📝 March 11 . 2023

Selfi (21) pernah merasakan kepahitan hidup karena kekerasan seksual yang dialaminya di sebuah asrama yang ia tinggali di Timor Tengah Utara, NTT. Saat itu, usianya baru 12 tahun. Sebagai penyandang disabilitas, Selfi makin rentan terhadap kekerasan.

Namun berkat pendampingan Yayasan Sosial Ibu Anfrida (YSIA) melalui pelatihan wirausaha, Selfi tidak terjebak dalam kedukaan berkepanjangan.  Selfi ikut pelatihan memasak dan membuat kue. Kini ia telah jajakan kue buatannya di sekolah dasar di desanya. Ia juga mendapat bantuan peralatan masak dan bahan dasar kue.

Selfi boleh merasa beruntung karena ia tinggal di Desa Lapeom yang peduli dengan warga penyandang disabilitas. Di desa dampingan YSIA ini, Selfi diangkat sebagai tenaga honorer oleh sang Kepala Desa. Tugasnya membersihkan kantor desa. Di desa ini, dibangun bidang miring pada rumah keluarga beranggota penyandang disabilitas kursi roda. Ada juga kelompok anak penyandang disabilitas yang mendapat sesi pelajaran tambahan.

Di Oktober 2024, Selfi yang berusia 21 tahun ini telah berdamai dengan masa lalunya.

“Saya tidak sakit hati dan telah memaafkannya sejak lama. Saya harus terus hidup, bekerja dengan baik di kantor desa, mengembangkan usaha kue, dan membesarkan anak saya, Rian,” ujarnya tegas. *(Ditulis oleh Paulan Aji)

Perjuangan Mengatasi Kusta yang Terlambat Diketahui

Maxi, pria 39 tahun asal Pulau Timor, menjalani hidup penuh tantangan akibat kusta yang terdiagnosis terlambat. Pada 2012, ia merantau ke Bali untuk bekerja, namun sejak 2019 mulai mengalami masalah kesehatan yang salah didiagnosis sebagai diabetes dan kolesterol. Badannya panas dan benjolan muncul di sekujur tubuhnya. Berbagai pengobatan ia coba, tapi kondisinya terus memburuk, terutama saat pandemi Covid-19 membatasi pergerakannya.

Pada akhir 2022, Maxi kembali ke kampung halamannya di Kefamenanu. Kondisinya parah. Ia merasa demam yang lama. Jari-jarinya terasa ditusuk-tusuk. Kuku-kuku mulai lepas. Di Rumah Sakit Naob, ia akhirnya didiagnosis kusta dan memulai pengobatan selama 12 bulan sejak Februari 2023. Meski kerusakan pada tubuhnya tak bisa dipulihkan, Maxi merasa bersyukur atas perhatian staf RS Naob yang membantunya menjalani hidup lebih baik. Kini, ia masih berada di rumah sakit untuk pemantauan pemulihan, menerima keadaannya dengan tabah dan rasa syukur.

“Terima kasih pada para suster di Rumah Sakit Naob. Mereka telah menyelamatkan saya,” ungkapnya penuh haru. Meski kerusakan pada tangan dan jari-jarinya tak bisa dipulihkan, Maxi bersyukur bahwa ia masih memiliki kesempatan untuk hidup lebih baik. *(Ditulis oleh Paulan Aji)

Meriana: Perjalanan Mencari Harapan di Tengah Kusta

 

Meriana (28) dirawat di RS Naob karena kusta, penyakit yang gejalanya mulai muncul sejak 2017 dengan pembengkakan dan mati rasa pada tangan serta kaki. Awalnya, ia didiagnosis alergi dan kurang gizi di klinik, sehingga tidak melanjutkan pengobatan. Kondisinya memburuk hingga kukunya rontok, dan atas saran seorang rekan kerja, ia memeriksakan diri ke puskesmas pada 2023.

Meski orang tua angkatnya tidak percaya ia menderita kusta, Meriana nekat melarikan diri ke Kupang dengan bantuan tantenya. Di sana, ia didiagnosis kusta basah dan dirujuk ke RS Naob pada September 2024. Dukungan dari tenaga medis dan sesama pasien memberinya semangat untuk sembuh. Ia bercita-cita kembali bekerja di Bali dan membantu orang lain yang mengalami kusta.

Meriana tetap optimis, yakin bahwa kusta bukanlah sesuatu yang memalukan, melainkan tantangan yang bisa diatasi dengan keberanian dan harapan. *(Ditulis oleh Paulan Aji)

Kepala Dusun Nurdin Yang Peduli

Nurdin, 35, adalah kepala dusun sekaligus fasiitator lokal di Kuningan. Sebagai fasilittor lokal ia tergabung dalam Forum DesaKu yang dibentuk berkat pendampingan proyek Desa Sahabat Kusta (DesaKu) NLR Indonesia. Forum DesaKu ini mendorong terciptanya desa yang ramah pada orang yang pernah mengalami kusta. Anggotanya berjumlah 20 fasilitator lokal dari 10 desa dampingan proyek DesaKu NLR Indonesia.

Seorang bapak yang pernah mengalami kusta, Tarsin tinggal di dusun yang dikelola oleh Nurdin. Nurdin sering membantu Tarsin bersosialisasi dengan tetangga di sekitar. Bahkan Nurdin pernah mengantar Tarsin ke puskesmas untuk mengambil obat kusta.

Pendekatan yang dilakukan Nurdin ke tetangga dari Tarsin telah membuat mereka menerima Tarsin kembali. Bahkan Tarsin ditawari pekerjaan yang bagus. Ia bisa bekerja sebagai buruh bangunan dan sering mendapat kerjaan Borongan. Meskipun ia mengalami disabiilitas tingkat 2, Tarsin tidak mengalami stigma diri. Ia aktif mempromosikan Forum DesaKu ke banyak warga.

Forum DesaKu ini telah mendapat alokasi dana untuk penyuluhan dan pemeriksaan bercak di balai desa. Selain itu kegiatan penyuluhan dilakukan di posyandu dan pengajian Al Quran para ibu atau acara keagamaan lain.  *(Ditulis oleh Paulan Aji)

Yunita Lega

Ibu muda ini memberanikan diri bicara di hadapan kepala desa, pemuka masyarakat di Desa Rarowangko II, Sulawesi Utara, akhir Mei 2024. Yunita bukan berasal dari desa tersebut. Ia berasal dari desa tetangga yaitu Kinaleosan. Namun, kegiatan penanganan kusta di Desa Ranowangku II telah memindahkan beban berat di pundaknya.

Di acara bincang tentang kusta, Yunita sempat berlinang air mata. Ia menceritakan bagaimana anak lelakinya, Aldean, yang duduk di kelas 1 SD sempat dijauhi teman-temannya di sekolah.

“Teman-teman kelas menjauhinya karena orang tua mereka yang menyuruh mereka. Bahkan orang tua murid sempat meminta Aldean tidak bersekolah di sana,” ungkap Yunita.

Di akhir 2023 lalu, Yunita membawa anak berusia tujuh tahun ini ke Puskesmas Kombi karena ada keluhan di kulitnya. Setelah diperiksa, Aldean dinyatakan terkena kusta.  Aldean harus minum obat selama enam bulan dan akan selesai di September 2024.

Karena stigma masih tinggi di Desa Kinaleosan, tenaga kesehatan dari Puskesmas Kombi secara rutin memantau kondisi Aldean di rumah dan memberi obat anti kusta.

“Saya sangat bersyukur atas bantuan puskesmas Aldean bisa mendapat obat kusta,” lanjut Yunita.

Puskesmas juga mendatangi sekolah Aldean, melakukan sosialisasi tentang kusta dan pemeriksaan pada siswa di sekolah. Sejak sosialisasi ini, Aldrean kembali dapat bermain dengan teman-temannya. Guru-guru di sekolah pun tidak canggung lagi pada murid kecil ini.

Puskesmas Kombi berencana memperkenalkan kegiatan Bina Desa Sahabat Kusta ke Desa Kinaleosan, tempat Aldean tinggal. Sementara di Desa Ranowangko II kegiatan Bina Desa Sahabat Kusta sudah dimulai di akhir 2023. NLR Indonesia dan Puskesmas Kombi mendampingi kegiatan ini.

 Bina Desa Sahabat Kusta mengupayakan penurunan kasus kusta dan stigma kusta. Komitmen tinggi dari pihak puskesmas, pimpinan desa, tokoh agama, dan kader kesehatan di desa ini telah mewujudkan upaya tersebut. *(Ditulis oleh Paulan Aji)

Tenaga Kesehatan Yang Sabar Dan Penuh Senyum

📝 March 11 . 2023

Taufik Rahman (50) dapat tersenyum sedikit lega ketika selama beberapa tahun terakhir tidak ditemukan kasus kusta tingkat dua. Meskipun kasus kusta masih ada di Desa

Pengobatan Gratis Bak Secercah Cahaya Di Lorong Gelap

📝 March 11 . 2023

Liputan6.com, Jakarta Kusta masih menjadi masalah yang tak bisa dianggap sepele di Indonesia. Penyakit yang menyerang kulit hingga ke sarafnya ini perlu ditangani sejak dini agar tak

Yamaha Bulukumba untuk pertama kali menerima pemagang disabilitas

📝 March 11 . 2023

Yamaha Bulukumba sama seperti showroom Yamaha di kota lain, yang selain melayani penjualan, mereka juga menyediakan jasa servis di bengkelnya. Sejak Desember 2020 lalu, selama …

Desa Sahabat Kusta

📝 March 11 . 2023

Mengapa Desa Sahabat Kusta? Berarti pernah tidak bersahabat? Memang demikian. Sebelum tahun 2012, di Desa Rap Rap, Kabupaten Minahasa Utara, mereka yang terkena kusta mengalami …

Tetap Semangat

📝 March 11 . 2023

Pak Satri berusia 71 tahun. Penuh senyum dan bicaranya lantang. Bapak yang pernah mengalami kusta ini tinggal di Subang. Sewaktu kami bertamu ke rumahnya di …

Dasuki Selalu Siap

📝 March 11 . 2023

Dasuki (40) pernah mengalami kusta. Ia diserang penyakit menular ini pada usia 17. “Awalnya saya tidak tahu apa itu kusta. Saya pun baru tahu terkena …

In Bangkit Dari Keterpurukan

📝 March 11 . 2023

Perlakuan diskriminatif dan stigma sosial akibat kusta biasanya membuat orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) merasa tidak percaya diri dan putus harapan. Tetapi tidak demikian …

Dulu Kusta, Kini Bahagia

📝 March 11 . 2023

Mulyati (23) pernah mengalami kusta saat masih di kelas dua SMP di usia 13 tahun pada 2011. Ia dibawa ayahnya ke petugas kusta setempat di …

NLR Indonesia

NLR Indonesia adalah sebuah yayasan nirlaba dan non-pemerintah yang memusatkan kerjanya pada penanggulangan kusta dan konsekuensinya di Indonesia.NLR Indonesia menggunakan pendekatan tiga zero, yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas) dan zero exclusion (nihil eksklusi). Di dunia, NLR Indonesia merupakan anggota dari NLR Alliance yang bermarkas di Belanda. Selain Indonesia, anggota dari NLR Alliance lainnya adalah NLR Mozambique, NLR India, NLR Nepal, dan NLR Brazil. Di Indonesia, kerja-kerja NLR Indonesia telah dirintis sejak tahun 1975 oleh NLR Belanda bersama Pemerintah Indonesia. Pada 2018, NLR bertransformasi menjadi entitas nasional yaitu NLR Indonesia dengan maksud untuk membuat kerja-kerja organisasi menjadi lebih efektif dan efisien menuju Indonesia bebas dari kusta. Sama seperti Aliansi NLR International, NLR Indonesia memiliki slogan: Hingga kita bebas dari kusta.

GET IN TOUCH

Gedung Rumiza Lt. 4

Jl. Guntur No.22, Setia Budi, Jakarta Selatan

021 8353 506, 021 8353 516

info@nlrindonesia.or.id

CONTACT

Copyright © 2024 NLR Indonesia. Powered by NLR Indonesia.

Open chat
Halo Kak, bila ingin berkomunikasih dengan NLR Indonesia, silahkan klik disini ya kak